Bintang Sang Bunda

Berdesir jiwaku memandang agung-Mu
Di senja tergulung memerah, menawan, mewarna nirwana
Di sampingku seorang bocah kecil yang sibuk menyanyi
Seraya ia memandangi langit yang berarak bersama hendak kembali ke peraduan

Lelap sudah sang surya
Maghrib berkumandang datang
Petang bersama bintang, berombongan dengan rembulan, mulai menari tarian jumpa
Aku tersenyum memandang elok dan lincah gerakannya

Nyanyian sang bocah berganti
Lagu lain terucap dari sang bocah
Tiba-tiba tempo nyanyiannya melambat
Berhenti di tengah syair

Menoleh ia ke hadapku
Aku perhatikan parasnya yang lucu
Polos, suci…

Senyumnya terkembang sebentar
Lalu dengan polosnya ia bertanya
“ Kakakku, di mana Bunda sekarang berada ?”

Aku tersentak menangkap kalimat itu
Aku tak mampu berkata
Karena ‘kuyakin, dia tak kan mampu menangkap kata-kataku
Ia terlalu kecil menerima kenyataan

Setelah memilah kata yang cocok untuk bocah sekecil dia
Sambil kutahan air mata, kucoba menjawab
“ Sayang, sekarang Bunda sudah di atas sana, Bunda bersama Tuhan”

Tak kusangka, ia kembali berkata
“ Kak, apa Bunda ditemani bintang-bintang?
Apa kita bisa ke sana, kita naik roket, Kak !
Apa bisa Bunda turun ?”

Terhenyak aku, tak kuasa menahan
Kuhapus linang air mata di kelopakku
Nyaris jatuh…

“ Sayang, Bunda tidak bisa turun.
Kita juga tak bisa bersua dengan Bunda mengendara roket.
Bunda memang ditemani bintang-bintang,
hanya anak-anak yang baik dan tidak nakal, yang nanti bisa bertemu Bunda.
Jadi, kalau kamu ingin bertemu Bunda, kangen Bunda,
berdoa sama Tuhan, supaya kamu bisa menjadi anak yang baik
dan nanti bisa ketemu Bunda, yah…”

Kupeluk sang bocah, kuciumi keningnya
Kubelai sayang rambutnya
Aku sadar, ia masih butuh seorang sosok Bunda
Namun, apa daya bila nasib yang berkata
Meski usai sudah kulakukan usaha,
jika nasib berbicara, apa yang mau dikata

Kembali kami berdua memandang angkasa
Mata bocah itu mencari-cari bintang bundanya
Ia menunjuk-menunjuk satu bintang yang sangat terang cahyanya

“ Itu, Bunda, Kak! Aku yakin itu Bunda.
Bunda, hati-hati,ya!
Bunda tunggu aku di sana, ya!
Sampai jumpa, Bunda!
Aku pasti kelak bertemu Bunda!”

Lantang ia teriakkan
Lantas ia tersenyum dan melambaikan jari-jari kecilnya yang manis
tanpa mengalihkan pandangan dari bintang itu

Aku tercekat
Hanya bulir air mata yang berucap
Wahai, Tuhan, duhai, Kekasih,
dengarlah adikku ini

Maka,Tuhan, aku hanya mampu mengadu kepada-Mu
Dengan menyebut nama-Mu, Yang Maha Pengasih
Aku mohon, ampuni dosa-dosa ayah dan bunda kami,
Kelak pertemukan kami kembali, berkumpul di dalam surga-Mu
Memeluk-Mu, bertemu kekasih-Mu, Baginda Muhammad…

Duhai, Maha Penyayang,
Izinkan kami, kelak menemui-Mu dalam keadaan baik dan mulia
Menyebut kalimat tauhid, membuktikan cinta kami
Cinta kami yang sejati, yaitu cinta kami untuk-Mu, hingga ujung usia
Menyambut dekap-Mu dengan beribu kerinduan yang tersimpan dalam kalbu


Jember, 17 Desember 2007

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

The Future

Future…
When are you come ?
I always wait for you
It’s not a short time
I always wait for you by climb the ladder of the times…

Wait…wait…and wait
Sometimes, I feel bored to study
I’m too tired!

But…
I know you will come to me, If I’m patient to wait you
With the heart that fulfilled by the faithful
With love and the strength
I promise…
I’ll be a good child
That’s very patient to wait you
With study
And I will try still to climb the ladder of the world

I know, the sun will accompany me
The moon, the stars
They will be a good partners for me to still step together

Find you…
In the last ladder of the world
The way to be a leader, a good leader…

Future…
Don’t go to anywhere
Wait for me, until I meet you with all of my happiness and also my pride

BY: Betari Aisah

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS