Semangat Itu akan Abadi

Karya: Betari Aisah

Matahari itu sedikit redup
Sinar semerah biasa, tak kudapati
Entahlah, matahari tampak bersedih
Semangatnya tak membara lagi...

Matahari itu...
Lambaikan jemari
Matahari itu, ucapkan berpisah
Matahari itu...

Matahari itu, telah pergi
Matahari itu sebar gulita
Tiada lagi cahaya merahnya
Namun, matahari pergi dengan seumbar senyum terindah

Bumi pun tertunduk, bersedih, menangis
Bumi pun terdiam,tak tahu harus apa
Bumi pun terduduk, meratapi yang terjadi
Bumi berderai air mata
Bumi hampir putus asa

Kepergian matahari membuat kami terpuruk sesaat
Kami terdiam dalam beberapa detik yang mengalun
Mengingat kasih dan riangnya sang matahari
Mengingat semangat derap langkahnya,
yang masih terngiang di telinga

Seharian kami merenung
Seharian tak mampu memandang ke depan
Seharian kami lelah menangis
Seharian kami lelah hanya duduk bersedih

Kami tersentak!
Sesedih apa pun kita, tak dapat kembalikan matahari itu...

Langkah matahari yang sedemikian mantap
Perlu terdengar lagi
Ucap matahari yang membara
Perlu dikumandangkan kembali

Mungkin, tanpanya, langkahku ’kan sedikit meraba
Mungkin, aku akan sulit berjalan
Mungkin, ku tak’kan lagi merasakan belaiannya
Mungkin aku tak dapat lagi memandang indah senyumnya
Mungkin sekarang ia tiada...
Tetapi, semangatnya akan selalu membara

Mungkin sekarang ia tiada
Namun, semangatnya ’kan terus membara
Maka, itu menjadi tenaga, memupuk kembali asanya, melanjutkan ukiran tinta emasnya,menuju Indonesia Emas yang menjadi cita-citanya

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Sejuntai Cahaya Fitrah

Wahai, apakah ini…
Begitu gelap melangkah
Aku takut
Mengapa jalur menjadi terhapus?

Wahai, apakah ini…
Apa ini karena cinta duniaku yang berlebihan
Apakah ini, dosa-dosaku yang merambat hitam
Ataukah ini hatiku yang telah buta…

Tuhan, dengarkah Kau dalam sedu tangisku ini?
Bukankah Engkau Maha Mendengar
Tuhan, aku tak ingin hatiku pekat
Aku tak ingin hatiku pekat oleh debu kehinaan

Tuhan, ke mana ‘ku harus mencari air pembersihan itu
Duhai, Sandaran Hati
Hanya di pelukanmu terasa hangat selalu
Maka, biarkan dulu aku menangis tersedu
Jadikan airmata ini penghapus kotoran hati
Catatlah airmata ini, sebagai penjernih pekatnya debu kehinaanku
Tuhan, maka saksikan airmata ini sebagai bukti taubatku…

Ampuni aku…
Inilah hamba-Mu yang meringkuk sedih, rindu akan maafmu
Inilah hamba-Mu, yang menangis, bermanja dalam pelukan-Mu
Inilah hamba-Mu, yang berbahagia dalam lautan kasih-Mu
Inilah hamba-Mu, yang rindu akan damai-Mu
Inilah hamba-Mu, yang meminta petunjuk dari-Mu

Duhai, Cinta
Sungguh tangisku, sujudku malam ini, tak sebanding dengan kebahagiaan surga-Mu
Hanya ampunan-Mu pengantarku menuju surga-Mu
Tuhan,izinkan kelak aku mendengar salam dari-Mu, sebagai ucapan selamat dari Mahakasih

Esok bangunkan aku dengan cahaya keimanan dalam kalbu
Bersama dengan saudara-saudaraku yang lain, menyambut ampunanmu, menyongsong fitrahku dalam satu kesatuan kesucian yang sama
Dalam Idul Fitri, yang berbahagia

Jember, 1 Oktober 2007

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS